Portal Media Unik di Dunia

Kolektor Barang-Barang Orang Yang Sudah Mati

Kolektor Barang-Barang Orang Yang Sudah Mati

Meski gemar mengoleksi barang-barang bekas orang mati, Idham Chalid tidak lantas menempatkan keyakinannya pada barang-barang beraura mistis tersebut. Kabid Operasional Dinas Kebakaran Kota Surabaya, Jawa Timur itu, tidak ingin terjebak dalam syirik atau menyekutukan Tuhan.

Kebanyakan para kolektor pusaka-pusaka keramat, seperti keris, tombak dan pusaka-pusaka lain, selalu mencuci benda koleksinya itu agar yoni pusaka tidak muksa atau marah. Biasanya, mereka mencuci pusaka koleksinya tiap 1 Suro. Selain mencuci kepada orang yang ahli, di antara mereka ada juga yang mencucinya di tempat khusus, seperti di kawasan pemandian Sedudo, Nganjuk dan beberapa tempat keramat lainnya.


Tapi tidak bagi Idham Chalid. Memercayai kekuatan magis dari benda-benda keramat menurutnya adalah syirik. "Meski saya banyak mengoleksi barang-barang ini, saya tidak ada ritual khusus untuk merawatnya. Bagaimanapun ini adalah benda mati yang tidak bisa apa-apa. Saya menyimpan barang-barang ini hanya untuk mengenang sejarah saja. Dulu barang ini pernah di gunakan si fulan atau dulu pemilik rambut ini pernah hidup, itu saja," kata Idham.

Mantan protokoler Pemkot Surabaya ini mengaku tidak pernah merasakan adanya amarah kekuatan lain dari barang-barang koleksinya. Bahkan, sergam batik yang dikenakannya pada Senin hingga Kamis tidak memiliki keistimewaan apapun dikenakan.

"Saya tidak pernah merasakan apa-apa. Hanya saja, memang dari baunya, beda. Kain bekas orang mati dengan yang dibeli di toko-toko baunya beda. Batik yang saya kenakan ini misalnya, baunya khas," katanya.

Mengoleksi barang-barang bekas orang yang meninggal, baik mati wajar, bunuh diri atau kecelakaan, bagi Idham bisa mengantarkannya pada pemahaman inti dari kandungan Alquran, termasuk mengingatkannya tentang kematian.

"Jadi ini bisa untuk memahami inti kandungan Alquran. Bukannya saya tidak percaya adanya makhluk halus di alam ini. Seperti yang tertulis dalam Alquran, Allah juga menciptakan mereka (Jin), tapi bukan meyakini ke arah syirik. Masalah penampakan itu halusinasi yang dilebih-lebihkan. Dimensinya beda, mereka (makhluk halus), tidak mungkin nampak ke alam fana, karena hawanya panas, begitu juga sebaliknya, jadi itu (penampakan) hanyalah omong kosong," beber pria 47 tahun itu.

Kalaupun nampak, lanjut dia, mungkin hanya aromanya saja yang dibawa oleh angin. "Misalnya ada angin kencang, tercium bau wangi seperti aroma melati dan sebagainya. Jadi penampakan makhluk halus itu hanya diciptakan oleh alam pikiran kita. Itu halusinasi yang dilebih-lebihkan. Karena tidak percaya adanya kekuatan gaib selain kekuatan Allah, saya tidak pernah menjalani ritual khusus untuk merawat barang-barang ini," tegas dia.

Sejak kecil, tepatnya saat dia duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar (SD) tahun 1979, Idham mulai gemar mengumpulkan jarik (kain) bekas penutup jenazah. Awalnya yang dia koleksi adalah kain almarhum ayah dan neneknya.

Hobi ini kemudian berlanjut ke benda-benda lain. Tidak hanya benda-benda mistis seperti kayu setigi, cendana atau keris, tapi juga potongan-potongan tubuh manusia yang mati karena kecelakaan, seperti bola mata, otak, rambut dan kulit orang mati.

Selain di ruang kantornya di lantai dua Dinas Kebakaran Pasar Turi, di kamar tidurnya juga terpajang, maesan (patok) makam pejuang, keris, batik, belasan tali pocong, kinangan, tikar orang mati orang kecelakaan, dan banyak lagi koleksi peninggalan orang mati.

"Selama barang-barang ini saya simpan saya tidak pernah menemui adanya penampakan. Karena itu hanya tahayul. Memercayai itu, akan membawa kita ke masa kuno yang tidak realistis. Jadi sekali lagi, saya hanya ingin memahami inti dari kandungan Alquran," tandasnya.




share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by Unknown, Published at 06:53 and have